Pages

Rabu, 29 Maret 2017

DESAIN PENELITIAN



DESAIN PENELITIAN

Institut Agama Isam Negeri Metro
Agungkharisma20@gmail.com
Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Iringmulo Metro Timur Kota Metro Lampung 34111 Telp (0725) 41507, Fax. (0725) 47296


Pembahasan
Desain penelitian adalah blue-print untuk pengumpulan, pengukuran dan analisis berbagai macam data. Kesalahan umum yang sering dibuat para peneliti adalah memulai penelitian terlalu dini, sehingga sebelum mereka memikirkannya secara kritis, tentang informasi-informasi apa saja yang diperlukan untuk menjawab semua pertanyaan penelitian tersebut. Tanpa memperhatikan masalah desain itu terlebih dahulu, maka isi secara keseluruhan serta kesimpulannya akan menjadi lemah dan tidak meyakinkan kebenaran penelitian tersebut. Oleh karena itu, sebuah desain penelitian yang baik akan menghasilkan sebuah proses penelelitian yang efektif dan efisien.[1]
Desain penelitian sebaiknya ditentukan dari awal agar apa yang semua apa saja yang akan di teliti semakin jelas. Desain penelitian itu sendiri merupakan pola ataupun bentuk dari desain penelitian. Disain penelitian bisa menjadi suatu pegangan yang lebih jelas untuk melakuhkan sebuah penelitian. Misalnya jika kita inginn membuat sebuah rumah maka kita perlumembuat desainnya terlebih dahulu dari tentang bentuk, ukuran, lebar, bahan, serta biaya yang dikeluarkan untuk membangun sebuah rumah, tanpa desain maka pekerjaan itu tidak akan berjalan dengan efesien dan efektif. Demikin juga dengan desain penelitian jika tidak dilakuhkan terlebih dahulu maka apa yang akan diteliti akan tidak berjalan sesuai dengan  harapan seorang peneliti.dalam desain penelitian hal-hal yang perlu kita perhatikan adalah (a) berapa variabel yang digunakan (b) bentuk hubungan antar variabel, (c) cara-cara menganalisis data setelah terkumpul dan sebagainya. Desain itu juga menentukan batasa-batasan penelitian yang bertujuan dengan penelitian itu. Bila tujuan tidak dirumuskan dengan jelas, maka penelitian itu seolah-olah tidak ada ujung panngkalnya. Karena desain selalu berhubungan erat dengan tujuan.[2] Dengan tujuan yang jelas maka seorang peneliti dapat menentukan dengan jelas serta tegas dalam penelitiannya, sehingga seorang peneliti dapat menentukan tujuannya kearah yang lebih evesien serta akan lebih evektif. Dengan adanya desain penelitian maka seorang peneliti dapat mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kesulita apa yang akan dihadapinya mendatang, yang mungkin juga telah dihadapi oleh para peneliti terdahulu, dengan begitu sehingga kita dapat memikirkan cara-cara untuk mengatasinya sehingga hasil penelitian kita aka lebih baik dan evesien.[3]

Riset dasar
Metodologi riset sangat barkaitan dengan pembahasan, mengenai bagaimana cara memperoleh pengetahuan (ilmu). Dalam riset dasar ini, dikenal dengan kelompok paradigma yang dominan, yaitu: (1) paradigma positivistik (metode kuantitatif); dan (2) paradigma fenomenologis atau interpretif (metode kualitatif). Paradigma positivistik ini menggunakan dengan cara proses riset yang konvensional-linier, yakni yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a) fenomena-fenomena sosial atau pendidikan diamati dengan secara parsial, yaitu dengan cara menyeleksi sejumlah variabel yang dianggap kurang penting dalam menjelaskan fenomena-fenomena yang dimaksud, b) fenomena-fenomena kehidupan manusia dilingkungan sosialnya bersifat mekanistik serta berlaku universal, c) proses riset dengan cara menggunakan logika berpikir rasional dan deduktif, d) menekankan pada uji ipotesis dan mengejar generalisasi, e) fenomena-fenomena yang diamati sifatnya sangat teratur atau tidak random, sehingga akan lebih mudah untuk dapat diprediksikan, f) berpandangan bahwa teori bebas nilai dan menganut kebenaran tunggal (nomotetis) dan g) memisahkan teori dan praktik.
 Di lain pihak, paradigma fenomenologis (interpretif) dalam praktik pelaksanaan riset ini sering dianggap juga sebagai proses riset yang bersifat siklikal, berpandangan bahwa realitas (fenomena) ini tidaklah tunggal, tetapi sebaliknya yakni bersifat jamak (plural). Tujuan sebenarnya dari riset fenomenologis ini adalah untuk memperoleh pemahanan terhadap makna (meaning), karena menurut pandangan fenomenologis fenomena (perilaku) yang sama tidak selalu memiliki prilaku yang sama pula tetapi akan mempunyai makna yang berbeda pada konteks kultural yang berbeda. Di dalam mengembangkan pemahaman makna terhadap fenomena ini, riset fenomenologi ini lebih mengutamakan pada gambaran apa adanya menurut interpretasi subyek (folk model).[4]

Tipe-Tipe Desain Penelitian: a) Metode adalah bagian dari metodologi (metode, teknik, prosedur, dan berbagai macam alat (tools), dengan tahap-tahap terntentu dalam suatu penelitian) disebut dengan metodologi. b) Metode penelitian bisa juga disebut dengan desain penelitian. c) Cara mengkatagorisasikan penelitian bisa dilakukan dengan melihat metode d) penelitian ataupun dengan melihat riset desainnya atau ada juga yang, e) membaginya berdasarkan dikotonomi penelitian dasar dan penelitian aplikatif, f) Metode penelitian dan metodologi penelitian, keduanya berbeda namun saling terkait satu sama lainnya, dan g) Metode penelitian merupakan suatu teknik atau prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisa data.

CONTOH METODE PENELITIAN
a.       Variabel penelitian, b. Model yang digunakan, c. Rancangan penelitian, d. Teknik pengumpulan data, d. Analisa data, dan f. Cara penafsiran dan pengumpulan hasil penelitian
.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut;
1.      Penelitian konklusif
Penelitian konklusif adalah penelitian yang dilakuhkan untuk membantu pembuat keputusan dalam menentuka, menganakisis, memilih alternatif dan mengevaluasi. untuk menentukan tujuan yang baik dalam proses situasi tertentu. Penelitian konklusif bertujuan untuk menguji pengaruh suatu variabel terhadap vaiabel lain, penelitian ini harus mendapat informasi yang dibutuhkan terdefinisi dengan jelas agar dapat mendapatkan hasil yang baik. Proses penelitian ini harus bersifat formal, terstruktur serta jumlah sample yang besar dan analisis data dilakuhkan secara kuantitatif.hasil dari penelitian konklusif adalah kesimpulan yang dapat dijadikan sebagaimasukan bagi para pengambil keputusan.
2.      Penelitian deskriptif
Penelitian deskritif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu karakteristik atau karakter. Sedaangkan menurut Istijanto (2009), penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian untuk menggambarkan sesuatu. Untuk penelitina deskriptif biasanya harus melakuhkan analisis kuantitatif danpengumpulan bernagai data yang biasanya berasal dari data skunder, observasi maupun survei. Dalm hal ini peneliti dianggak telah memahami dari penelitian ini dan telah memahaminya, serta telah mengetauhi hal apa yang ingin dicarinya.

Metode penelitian desain terdiri dari tiga fase, yakni desain permulaan (preliminary
design),  eksperimen (experiment), dan analisis tinjauan (retrospective analysis).[5]

1. Desain Permulaan
Pada fase ini, dibuat hypothetical learning trajectory (HLT) atau hipotesis lintasan belajar. Dalam hal ini HLT yang dibuat merupakan antisipasi-antisipasi tentang apa-apa yang mungkin akan terjadi, baik proses berpikir siswa yang akan mendapat pembelajaran maupun hal-hal yang akan terjadi dalam proses pembelajaran. Dalam membuat HLT ini, yang perlu dilakukan dapat berupa telaah literatur yang relevan,
HLT itu terdiri dari tiga bagian, yaitu tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran, dan hipotesis pembelajaran yang akan terjadi. Dalam fase pertama, HLT berfungsi sebagai petunjuk dalam mendesain panduan pembelajaran. Maksudnya, petunjuk agar terfokus dalam hal bagaimana menyampaikan materi, petunjuk bagaimana mengamati proses pembelajaran, dan petunjuk dalam melakukan wawancara baik dengan guru, siswa, atau pihak-pihak yang terkait.[6]

2. Eksperimen
            Pada fase ini, desain yang sudah dirancang diujicobakan di lapangan. Uji coba ini bertujuan untuk melihat apakah hal-hal yang sudah diantisipasi dalam fase desain permulaan sesuai atau tidak dengan kenyataan yang terjadi. Pengalamanpengalaman yang terjadi pada fase ini akan menjadi dasar untuk pendesainan ulang atau modifikasi HLT untuk proses-proses pembelajaran berikutnya.[7]

3. Analisis Tinjauan
Pada fase ini, semua data yang diperoleh dari fase kedua dianalisis. Proses analisisnya berupa perbandingan antara HLT yang diantisipasi sebelum eksperimen pembelajaran dan aktivitas yang benar-benar nyata terjadi, yang dilanjutkan dengan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, dan sintesis mengenai kemungkinan-kemungkinan yang bakal dapat dilakukan untuk memperbaiki HLT, yang akan digunakan pada siklus berikutnya (desain permulaan, eksperimen, dan analisis tinjauan selanjutnya).

Setelah diperoleh bahan ajar yang baik melalui tiga fase pada beberapa siklus, hasilnya dijadikan   bahan   untuk   menyusun  bahan  ajar  dalam  materi  lain. Dengan  demikian  desain penelitian desain disajikan seperti tampak pada gambar berikut.[8]
DESAIN PENELITIAN DESAIN[9]
                Materi 1
                 Siklus 1
          Desain permulaan



                Eksperimen


            Analisis Tinjauan                                     
               
                                                                               Siklus 2 :                           
                                                                        Desain Permulaan   


                                                                           Eksperimen





                                                                        Analisis Tinjauan
                    Bahan Ajar 1



                                                                             Materi 2
                                                                            Siklus 1 
                                                                        Desain Permulaan




                                                                           Eksperimen




                                                                      Analisis Tinjauan     dst.


Desain tersebut sesuai dengan pendapat Gravenmeijer (dalam Bahan Ajar PLPG,2010), yang melukiskan penelitian desain dengan pendekatan realistik adalah Pada tiap siklus, peniliti mencoba memikirkan pembelajaran yang cocok, mengimplementasikan pembelajaran, dan menganalisis hasil pembelajaran. Hasil dari kegiatan siklus sebelumnya digunakan sebagai acuan menyusun kegiatan pada siklus berikutnya.




























Arifin, Tajul, Swasta PTAIS Kopertais Wilayah II Jawa Barat, dan Banten pada Tanggal. “Teori Dan Teknik Pembuatan Desain Penelitian.” In Makalah Dalam Workshop Penelitian Dosen Perguruan Tinggi Gama Islam Swasta (PTAIS) Kopertis Wilayah II Jawa Barat dan Banten, 2013.
Jaedun, Amat. “Metodologi Penelitian Eksperimen.” Fakultas Teknik UNY, 2011. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-amat-jaedun-mpd/metode-penelitian-eksperimen.pdf.
Mulyadi, Mohammad. “RISET DESAIN DALAM METODOLOGI PENELITIAN.” Jurnal Studi Komunikasi dan Media, no. Vol 16, No 1 (2012): Jurnal Studi Komunikasi dan Media (2012): 71–80.
Mulyana, Tatang. “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI PENELITIAN DESAIN.” Jurnal Infinity, no. Vol 1, No 2 (2012): Jurnal Infinity Volume 1 No 2 (2012): 126–37.



[1] Tajul Arifin, Swasta PTAIS Kopertais Wilayah II Jawa Barat, dan Banten pada Tanggal, “Teori Dan Teknik Pembuatan Desain Penelitian,” in Makalah Dalam Workshop Penelitian Dosen Perguruan Tinggi Gama Islam Swasta (PTAIS) Kopertis Wilayah II Jawa Barat dan Banten, 2013.
[2] Mohammad Mulyadi, “RISET DESAIN DALAM METODOLOGI PENELITIAN,” Jurnal Studi Komunikasi dan Media, no. Vol 16, No 1 (2012): Jurnal Studi Komunikasi dan Media (2012): 2.
[3] Mulyadi, “RISET DESAIN DALAM METODOLOGI PENELITIAN.”
[4] Amat Jaedun, “Metodologi Penelitian Eksperimen,” Fakultas Teknik UNY, 2011, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-amat-jaedun-mpd/metode-penelitian-eksperimen.pdf.
[5] Mulyadi, “RISET DESAIN DALAM METODOLOGI PENELITIAN.”
[6] Tatang Mulyana, “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI PENELITIAN DESAIN,” Jurnal Infinity, no. Vol 1, No 2 (2012): Jurnal Infinity Volume 1 No 2 (2012): 126–37.
[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] Ibid.

0 komentar:

Posting Komentar