DESAIN PENELITIAN
Institut Agama
Isam Negeri Metro
Agungkharisma20@gmail.com
Jl. Ki Hajar
Dewantara 15 A Iringmulo Metro Timur Kota Metro Lampung 34111 Telp (0725) 41507,
Fax. (0725) 47296
Pembahasan
Desain
penelitian adalah blue-print untuk
pengumpulan, pengukuran dan analisis berbagai macam data. Kesalahan umum yang
sering dibuat para peneliti adalah memulai penelitian terlalu dini, sehingga
sebelum mereka memikirkannya secara kritis, tentang informasi-informasi apa
saja yang diperlukan untuk menjawab semua pertanyaan penelitian tersebut. Tanpa
memperhatikan masalah desain itu terlebih dahulu, maka isi secara keseluruhan
serta kesimpulannya akan menjadi lemah dan tidak meyakinkan kebenaran
penelitian tersebut. Oleh karena itu, sebuah
desain penelitian yang baik akan menghasilkan sebuah proses penelelitian yang
efektif dan efisien.[1]
Desain
penelitian sebaiknya ditentukan dari awal agar apa yang semua apa saja yang
akan di teliti semakin jelas. Desain penelitian itu sendiri merupakan pola
ataupun bentuk dari desain penelitian. Disain penelitian bisa menjadi suatu
pegangan yang lebih jelas untuk melakuhkan sebuah penelitian. Misalnya jika
kita inginn membuat sebuah rumah maka kita perlumembuat desainnya terlebih
dahulu dari tentang bentuk, ukuran, lebar, bahan, serta biaya yang dikeluarkan
untuk membangun sebuah rumah, tanpa desain maka pekerjaan itu tidak akan
berjalan dengan efesien dan efektif. Demikin juga dengan desain penelitian jika
tidak dilakuhkan terlebih dahulu maka apa yang akan diteliti akan tidak
berjalan sesuai dengan harapan seorang
peneliti.dalam desain penelitian hal-hal yang perlu kita perhatikan adalah (a)
berapa variabel yang digunakan (b) bentuk hubungan antar variabel, (c)
cara-cara menganalisis data setelah terkumpul dan sebagainya. Desain itu juga
menentukan batasa-batasan penelitian yang bertujuan dengan penelitian itu. Bila
tujuan tidak dirumuskan dengan jelas, maka penelitian itu seolah-olah tidak ada
ujung panngkalnya. Karena desain selalu berhubungan erat dengan tujuan.[2]
Dengan tujuan yang jelas maka seorang peneliti dapat menentukan dengan jelas
serta tegas dalam penelitiannya, sehingga seorang peneliti dapat menentukan
tujuannya kearah yang lebih evesien serta akan lebih evektif. Dengan adanya
desain penelitian maka seorang peneliti dapat mendapat gambaran yang lebih jelas
tentang kesulita apa yang akan dihadapinya mendatang, yang mungkin juga telah
dihadapi oleh para peneliti terdahulu, dengan begitu sehingga kita dapat
memikirkan cara-cara untuk mengatasinya sehingga hasil penelitian kita aka
lebih baik dan evesien.[3]
Riset dasar
Metodologi riset sangat barkaitan dengan
pembahasan, mengenai bagaimana cara memperoleh pengetahuan (ilmu). Dalam riset
dasar ini, dikenal dengan kelompok paradigma yang dominan, yaitu: (1) paradigma
positivistik (metode kuantitatif); dan (2) paradigma fenomenologis atau interpretif
(metode kualitatif). Paradigma positivistik ini menggunakan dengan cara proses
riset yang konvensional-linier, yakni yang memiliki karakteristik sebagai
berikut: a) fenomena-fenomena sosial atau pendidikan diamati dengan secara
parsial, yaitu dengan cara menyeleksi sejumlah variabel yang dianggap kurang
penting dalam menjelaskan fenomena-fenomena yang dimaksud, b) fenomena-fenomena
kehidupan manusia dilingkungan sosialnya bersifat mekanistik serta berlaku
universal, c) proses riset dengan cara menggunakan logika berpikir rasional dan
deduktif, d) menekankan pada uji ipotesis dan mengejar generalisasi, e) fenomena-fenomena
yang diamati sifatnya sangat teratur
atau tidak random, sehingga akan lebih mudah untuk dapat diprediksikan, f) berpandangan
bahwa teori bebas nilai dan menganut kebenaran tunggal (nomotetis) dan g)
memisahkan teori dan praktik.
Di
lain pihak, paradigma fenomenologis (interpretif) dalam praktik pelaksanaan
riset ini sering dianggap juga sebagai proses riset yang bersifat siklikal, berpandangan
bahwa realitas (fenomena) ini tidaklah tunggal, tetapi sebaliknya yakni
bersifat jamak (plural). Tujuan sebenarnya dari riset fenomenologis ini adalah
untuk memperoleh pemahanan terhadap makna (meaning), karena menurut
pandangan fenomenologis fenomena (perilaku) yang sama tidak selalu memiliki
prilaku yang sama pula tetapi akan mempunyai makna yang berbeda pada konteks
kultural yang berbeda. Di dalam mengembangkan pemahaman makna terhadap fenomena
ini, riset fenomenologi ini lebih mengutamakan pada gambaran apa adanya menurut
interpretasi subyek (folk model).[4]
Tipe-Tipe
Desain Penelitian: a) Metode adalah bagian
dari metodologi (metode, teknik, prosedur, dan berbagai macam alat (tools),
dengan tahap-tahap terntentu dalam suatu penelitian) disebut dengan metodologi. b) Metode penelitian bisa juga disebut dengan desain penelitian. c) Cara
mengkatagorisasikan penelitian bisa dilakukan dengan melihat metode d) penelitian ataupun dengan melihat
riset desainnya atau ada juga yang, e) membaginya
berdasarkan dikotonomi penelitian dasar dan penelitian aplikatif, f) Metode
penelitian dan metodologi penelitian, keduanya berbeda namun saling terkait
satu sama lainnya, dan g) Metode penelitian merupakan suatu teknik atau
prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisa data.
CONTOH
METODE PENELITIAN
a. Variabel
penelitian, b. Model yang digunakan, c. Rancangan penelitian, d. Teknik
pengumpulan data, d. Analisa data, dan f. Cara penafsiran dan pengumpulan hasil
penelitian
.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut;
1. Penelitian
konklusif
Penelitian
konklusif adalah penelitian yang dilakuhkan untuk membantu pembuat keputusan dalam
menentuka, menganakisis, memilih alternatif dan mengevaluasi. untuk menentukan
tujuan yang baik dalam proses situasi tertentu. Penelitian konklusif bertujuan
untuk menguji pengaruh suatu variabel terhadap vaiabel lain, penelitian ini
harus mendapat informasi yang dibutuhkan terdefinisi dengan jelas agar dapat
mendapatkan hasil yang baik. Proses penelitian ini harus bersifat formal,
terstruktur serta jumlah sample yang besar dan analisis data dilakuhkan secara
kuantitatif.hasil dari penelitian konklusif adalah kesimpulan yang dapat
dijadikan sebagaimasukan bagi para pengambil keputusan.
2. Penelitian
deskriptif
Penelitian
deskritif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan suatu karakteristik atau karakter. Sedaangkan menurut Istijanto
(2009), penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian untuk menggambarkan
sesuatu. Untuk penelitina deskriptif biasanya harus melakuhkan analisis
kuantitatif danpengumpulan bernagai data yang biasanya berasal dari data
skunder, observasi maupun survei. Dalm hal ini peneliti dianggak telah memahami
dari penelitian ini dan telah memahaminya, serta telah mengetauhi hal apa yang
ingin dicarinya.
Metode
penelitian desain terdiri dari tiga fase, yakni desain permulaan (preliminary
design), eksperimen (experiment),
dan analisis tinjauan (retrospective analysis).[5]
1. Desain Permulaan
Pada fase ini, dibuat hypothetical
learning trajectory (HLT) atau hipotesis lintasan belajar. Dalam hal ini
HLT yang dibuat merupakan antisipasi-antisipasi tentang apa-apa yang mungkin
akan terjadi, baik proses berpikir siswa yang akan mendapat pembelajaran maupun
hal-hal yang akan terjadi dalam proses pembelajaran. Dalam membuat HLT ini,
yang perlu dilakukan dapat berupa telaah literatur yang relevan,
HLT itu terdiri dari tiga bagian, yaitu
tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran, dan hipotesis pembelajaran yang
akan terjadi. Dalam fase pertama, HLT berfungsi sebagai petunjuk dalam
mendesain panduan pembelajaran. Maksudnya, petunjuk agar terfokus dalam hal
bagaimana menyampaikan materi, petunjuk bagaimana mengamati proses
pembelajaran, dan petunjuk dalam melakukan wawancara baik dengan guru, siswa,
atau pihak-pihak yang terkait.[6]
2. Eksperimen
Pada fase ini, desain yang sudah
dirancang diujicobakan di lapangan. Uji coba ini bertujuan untuk melihat apakah
hal-hal yang sudah diantisipasi dalam fase desain permulaan sesuai atau tidak
dengan kenyataan yang terjadi. Pengalamanpengalaman yang terjadi pada fase ini
akan menjadi dasar untuk pendesainan ulang atau modifikasi HLT untuk proses-proses
pembelajaran berikutnya.[7]
3. Analisis Tinjauan
Pada fase ini, semua data yang diperoleh
dari fase kedua dianalisis. Proses analisisnya berupa perbandingan antara HLT
yang diantisipasi sebelum eksperimen pembelajaran dan aktivitas yang
benar-benar nyata terjadi, yang dilanjutkan dengan analisis mengenai
kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, dan sintesis mengenai kemungkinan-kemungkinan
yang bakal dapat dilakukan untuk memperbaiki HLT, yang akan digunakan pada
siklus berikutnya (desain permulaan, eksperimen, dan analisis tinjauan
selanjutnya).
Setelah diperoleh bahan ajar yang baik melalui tiga fase pada
beberapa siklus, hasilnya dijadikan
bahan untuk menyusun
bahan ajar dalam
materi lain. Dengan demikian
desain penelitian desain disajikan seperti tampak pada gambar berikut.[8]
DESAIN PENELITIAN DESAIN[9]
Materi 1
Siklus 1
Desain permulaan
Eksperimen
Analisis Tinjauan
Siklus 2 :
Desain Permulaan
Eksperimen
Analisis
Tinjauan
Bahan
Ajar 1
Materi
2
Siklus 1
Desain Permulaan
Eksperimen
Analisis Tinjauan dst.
Desain tersebut sesuai dengan pendapat
Gravenmeijer (dalam Bahan Ajar PLPG,2010), yang melukiskan penelitian desain
dengan pendekatan realistik adalah Pada tiap siklus, peniliti mencoba
memikirkan pembelajaran yang cocok, mengimplementasikan pembelajaran, dan
menganalisis hasil pembelajaran. Hasil dari kegiatan siklus sebelumnya digunakan
sebagai acuan menyusun kegiatan pada siklus berikutnya.
Arifin, Tajul, Swasta PTAIS Kopertais Wilayah II
Jawa Barat, dan Banten pada Tanggal. “Teori Dan Teknik Pembuatan Desain
Penelitian.” In Makalah Dalam Workshop Penelitian Dosen Perguruan Tinggi
Gama Islam Swasta (PTAIS) Kopertis Wilayah II Jawa Barat dan Banten, 2013.
Jaedun, Amat.
“Metodologi Penelitian Eksperimen.” Fakultas Teknik UNY, 2011.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-amat-jaedun-mpd/metode-penelitian-eksperimen.pdf.
Mulyadi, Mohammad.
“RISET DESAIN DALAM METODOLOGI PENELITIAN.” Jurnal Studi Komunikasi dan
Media, no. Vol 16, No 1 (2012): Jurnal Studi Komunikasi dan Media (2012):
71–80.
Mulyana, Tatang.
“PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI PENELITIAN DESAIN.” Jurnal Infinity,
no. Vol 1, No 2 (2012): Jurnal Infinity Volume 1 No 2 (2012): 126–37.
[1] Tajul Arifin, Swasta PTAIS Kopertais
Wilayah II Jawa Barat, dan Banten pada Tanggal, “Teori Dan Teknik Pembuatan
Desain Penelitian,” in Makalah Dalam Workshop Penelitian Dosen Perguruan
Tinggi Gama Islam Swasta (PTAIS) Kopertis Wilayah II Jawa Barat dan Banten,
2013.
[2] Mohammad Mulyadi, “RISET DESAIN DALAM
METODOLOGI PENELITIAN,” Jurnal Studi Komunikasi dan Media, no. Vol 16,
No 1 (2012): Jurnal Studi Komunikasi dan Media (2012): 2.
[3] Mulyadi, “RISET DESAIN DALAM METODOLOGI
PENELITIAN.”
[4] Amat Jaedun, “Metodologi Penelitian
Eksperimen,” Fakultas Teknik UNY, 2011,
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-amat-jaedun-mpd/metode-penelitian-eksperimen.pdf.
[5] Mulyadi, “RISET DESAIN DALAM METODOLOGI
PENELITIAN.”
[6] Tatang Mulyana, “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
MELALUI PENELITIAN DESAIN,” Jurnal Infinity, no. Vol 1, No 2 (2012):
Jurnal Infinity Volume 1 No 2 (2012): 126–37.
[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] Ibid.
0 komentar:
Posting Komentar